Informasi Lowongan Kerja Se-Jawa Tengah

BERITA

TERANCAM

Petani padi di 10 dari 21 kecamatan di Kabupaten Magelang, terancam gagal panen (puso). Pasalnya, tanaman padi yang baru berumur sekitar 3-4 minggu, sebagian di antaranya telah habis menjadi ‘santapan’ tikus. Hingga pertengahan November, tikus telah menghabiskan kurang lebih 38,6 hektar padi.
“Kalau tidak segera diatasi, sebanyak sekitar 398 hektar tanaman padi lainnya, juga terancam diserang. Hingga 15 November kemarin saja, tikus telah menghabiskan sebanyak 38,6 hektar dari 7.104 hektar tanaman padi berbagai varietas diseluruh Kabupaten Magelang,” kata Koordinator Petugas Pengamat Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Holtikultura (PHPT), Dinas Pertanian Jawa Tengah di Kabupaten Magelang, Pratondo, ditemui KR, belum lama ini di kantornya.
Disebutkan Pratondo, tikus-tikus itu menyerang tanaman padi di 10 kecamatan di wilayah ini. Meliputi Kecamatan Borobudur, Salaman, Tegalrejo, Kajoran, Windusari, Tempuran, Secang, Mungkid, Mertoyudan dan Bandongan.
Sedang wilayah yang terancam, meliputi Kecamatan Borobudur 6 hektar, Tegalrejo 5 ha, Salaman 3 ha, Kajoran 7 ha, Windusari 20 ha, Tempuran 20 ha, Mungkid 43 ha, Secang Mertoyudan 54 ha. “Terbanyak, tikus menyerang Kecamatan Bandongan hingga mencapai luasan 95 hektar,” sebutnya.
Sebenarnya, kata Pratondo, Pemkab Magelang melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan telah mengantisipasi serangan tersebut. Di antaranya dengan menyurati seluruh camat di wilayah ini.
Salah satu isinya, tentang kewaspadaan terhadap hama tikus menghadapi musim tanam tahun ini. Meski demikian, banyak petani yang tidak menghiraukannya. “Banyak petani yang masih menyepelekan imbauan yang kami berikan. Namun jika serangan sudah meluas, mereka baru bingung dan minta pemerintah bertindak,” ungkapnya.
Dijelaskan, bahwa untuk mengantisipasi serangan hama tikus ini dapat dengan menjaga kebersihan lingkungan khususnya saluran-saluran air (irigasi). Kemudian melakukan gerakan atau grobyokan tikus secara bersama-sama, memasang umpan beracun dan pengembosan menggunakan asap belerang disemua lubang-lubang tikus.
“Jika petani tidak memiliki bahan atau alatnya, kami (Dinas Pertanian) telah menyediakan. Namun karena terbatas, kelompok tani harus mengajukan proposal terlebih dahulu, didasarkan rekomendasi dari petugas pengamat hama setempat. Selain itu, proposal juga harus sepengetahuan kepala desa dan petugas penyuluh lapangan diwilayahnya,” jelasnya.

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berencana menginvestasikan dananya secara besar-besarn sekitar 200 juta dolar hingga 2014 untuk penanaman kembali (replanting) 50.000 ha kebun sawit.

“Replanting dilakukan selama lima tahun ke depan atau rata-rata 10.000 hektare per tahun,” kata Direktur Utama Sampoerna Agro Ekadharmajanto Kasih, di sela Investor Summit and Capital Market Expo 2009, di Jakarta, Kamis.

Ekadharmajanto menjelaskan, dana yang dibutuhkan setiap hektare sebesar 4.000 dolar AS, sementara lahan yang ditanami kembali adalah bagian dari lahan yang tersedia (landbank) seluas 120.000 hektare. Sementara lahan sawit yang sedang berproduksi saat ini mencapai 140.000 hektare.

Menurut Ekadharmajanto, dana replanting tersebut akan diambil dari alokasi belanja modal (capex) setiap tahunnya.

Hingga Oktober tahun 2009, belanja modal perusahaan sudah terserap sekitar Rp300 miliar, namun untuk 2010 belum bisa diperkirakan. “Alokasi capex (belanja modal) sangat tergantung keadaan, seperti faktor cuaca yang mempengaruhi panen produksi,” katanya.

Akan tetapi diutarakannya, capex akan dibiayai dari internal perusahaan. “Arus kas kami saat ini Rp350 miliar, utang sekitar Rp200 miliar. Sehingga arus kas positif Rp150 miliar,” tegasnya.

Perseroan memperkirakan pendapatan pada 2009 akan turun dibanding tahun 2008, yang dipicu penurunan harga minyak sawit (CPO) di pasar internasional sebesar 10-12 persen.

Pada 2008 harga rata-rata CPO mencapai Rp6.700 per kilogram, dan sekarang hingga Oktober rata-raya Rp5.990 per kilogram. Perseroan menargetkan produksi CPO pada 2010 mencapai 250.000 ton. Sementara laba bersih 2009 diproyeksikan berkisar Rp250-Rp300 miliar.

PERTAMBANGAN, BANGKIT!!

Pemanfaatan sumber daya alam terutama di sektor pertambangan akan sedikit terhambat.Perkembangan industri baja nasional tersandung pendanaan dan aturan lingkungan hidup. Seperti yang  di sampaikan oleh Menteri Perindustrian, Mohamad Sulaiman Hidayat, dalam sambutannya di acara Musyawarah Nasional 2009 Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), di Jakarta,. “Industri baja dalam peraturan lingkungan hidup dikategori sebagai Bahan Beracun dan Berbahaya (B3), sehingga tak mendapat dukungan finansial,” paparnya.

Hal yang sama juga di sampaikan oleh, Ekonom Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri, mengungkapkan perbankan menampakkan gejala semakin jauh dari industri. Di era ’80-an, perbankan menyokong 40 persen pendanaan sektor perindustrian. Sedangkan di tahun 2008, analisis dia, dukungan perbankan tinggal 16 persen saja. Secara khusus, Faisal mengatakan perbankan memiliki tendensi menjauh dari industri baja.

Menanggapi hal itu, Menteri Perindustrian mengemukakan ide spesifikasi perbankan. “Untuk itu kita butuh kebijakan fiskal juga ototitas moneter untuk pendanaan kompetitif, membentuk perbankan khusus manufaktur dan baja,” ujarnya.

Lebih lanjut Bapak menteri mengungkapkan daya saing juga menjadi isu krusial di sektor baja, semisal soal independensi pengadaan energi dan optimalisasi utilitas. Ia memberi contoh saat ini Indonesia adalah pengimpor baja kasar. Impor baja kasar mencapai 30 persen, sedang kapasitas terpakai industri penghasilnya baru mencapai 50 persen. Diharapkan peningkatan dalam sektor penambangan akan segera bangkit.

ADA  APA DI TAHUN 2010???

Perencanaan adalah sebagian dari kehidupan,begitu juga halnya dalam Dunia Bisnis.Bahwa target amatlah di perlukan untuk mendukung atau menunjangnya tetap berdirinya suatu lapangan pekerjaan ataupun usahaPertumbuhan kredit 2010 harus mencapai 22 persen. Hal tersebut ditargetkan sesuai dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen-5,5 persen.

Ketua Perhimpunan Perbankan Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, jika Bank Indonesia (BI) menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen kira-kira diperlukan pertumbuhan kredit empat kali lipatnya, yaitu sekitar 22 persen. Sigit menambahkan, pertumbuhan kredit sebesar itu bisa tercapai dengan catatan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit seperti kebijakan pemerintah, faktor hukum dan sektor riil bisa berjalan dengan baik.

“Selama ini yang menjadi ganjalan seretnya penyaluran kredit bukan hanya berasal dari perbankan saja tapi juga dari sektor riil,” kata Sigit di sela-sela acara seminar Prospek Industri Keuangan dan Perbankan 2010 Senin (30/11).

Sigit bilang, selama ini perbankan sudah menurunkan suku bunga kredit, tapi kenyataannya sektor riil belum juga berjalan dengan maksimal. “Artinya ada hambatan lain dari sektor riil yang perlu dibenahi,” katanya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Pjs Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dalam pidato yang dibacakan oleh Direktur Direktorat Pengawasan dan Pengaturan Perbankan Halim Alamsyah menyatakan pertumbuhan kredit tahun 2010 diperkirakan akan mencapai sekitar 15persen – 17 persen.

Sigit menambahkan, untuk merealisasikan pertumbuhan kredit di atas 20 persen, maka persoalan di sektor riil harus diperbaiki. “Sektor riil harus dibenahi sehingga mereka bisa memanfaatkan kredit perbankan. Karena pada dasarnya perbankan mengikuti sektor riil (bank follow the trade),” kata Sigit.

Terkait hambatan perbankan, karena adanya persaingan dengan bank asing, menurut Sigit, persoalan bank asing yang harus diatur adalah peran bank milik negara dan bank milik asing di Arsitektur Perbankan Indonesia (AP)I seperti apa. “Karena tidak ada larangan bagi bank asing untuk berinvestasi disini,” katanya.

Sementara, menurut dia, pembatasan kepemilikan untuk ke depan bisa diatur kembali. Pengaturan atau pembatasan daerah operasi, katanya, juga bisa dilakukan.”Sekali lagi, soal bank asing tak akan dibatasi tapi diatur kembali,” kata dia menegaskan. min/kpo

Kurs Rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa (1/12) pagi turun 25 poin menjadi Rp9.475-Rp9.485 per Dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.450-Rp9.465. Penurunan dipicu kekhawatiran pelaku dengan krisis keuangan di Dubai.

Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Selasa mengatakan, pelaku pasar agak hati-hati bermain di pasar uang, mereka bahkan cenderung melepas saham yang dimilikinya. Meski, pergerakan rupiah sampai saat ini masih berkisar Rp9.450 sampai Rp9.500 per dolar belum melewati batas psikologis Rp9.500 per dolar, katanya.

Dirut PT Finan Corpindo Nusa itu mengatakan, koreksi harga terhadap rupiah dinilai biasa, meski ada kasus krisis keuangan di Dubai. Krisis keuangan di Dubai diperkirakan tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. seperti di China dan India, serta di Indonesia.

Apalagi semua negara diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekonomi lebih baik dibanding tahun ini. Namun, yang dikhawatirkan adalah apabila para pelaku pasar menarik dananya dan dialihkan untuk membeli Euro dan Dolar sebagaimana terjadi pada 2008.

“Kalau itu terjadi maka rupiah akan terpuruk,” ujarnya.

Ewin menilai krisis keungan Dubai bukan hal baru. “Kami optimis pasar akan menyambut pertumbuhan ekonomi dunia, sementara itu kasus krisis keuangan di Dubai merupakan masalah lama yang baru terungkap sekarang,” ucapnya.

Ia mengatakan, pelaku pasar diharapkan tidak panik dalam menghadapi persoalan di Dubai. Sehingga tidak terbawa arus yang biasa diekspos oleh orang-orang yang mencari untung.

“Jadi tidak perlu dikhawatirkan, karena dalam hal ini, perbankan Indonesia juga kurang aktif melakukan transaksi bersama,” ucap dia.

No comments yet.

Leave a comment